Senin, 06 Februari 2017

Cara Menghitung Cost Inventory Dengan Metode Moving Average

Pada kesempatan ini, saya akan menjelaskan metode perhitungan cost inventory dengan metode moving average. Namun sebelum saya memberikan Anda banyak rumus-rumus (tenang, rumusnya hanya penjumlahan dan pembagian kok. Tidak ada rumus-rumus untuk buat roket), saya ingin berikan dulu model perhitungannya.

Apa itu model? Model adalah representasi dari sebuah kondisi nyata agar mempermudah kita memahami kondisi nyata tersebut. Contoh: Untuk mempelajari bumi, manusia bisa membuat model 3 dimensi dalam bentuk bola yang digambarkan pulau dan lautan di atasnya. Kita juga bisa membuat model 2 dimensi dalam bentuk peta. Mau 2 atau 3 dimensi, fungsinya tetap sama, yaitu menjelaskan tentang obyek yang mereka wakilkan, yaitu BUMI.

Nah, untuk memahami cara perhitungan Moving Average ini, saya akan menggunakan sebuah model sebuah sumbu X sebagai fungsi waktu. Makin ke kanan waktu makin maju, makin ke kiri waktu makin mundur.

Selain fungsi waktu, saya juga ingin memperkenalkan 2 istilah, yaitu CD dan Non CD.
CD merupakan singkatan dari Cost Determined (bukan Celana Dalam). Artinya: transaksi yang akan mengubah/menentukan cost. Semua transaksi yang menambah item merupakan transaksi CD, misal: Pembelian, hasil produksi dan retur penjualan*.

Kebalikan dari CD, transaksi Non CD adalah transaksi yang menggunakan Cost yang sudah ditentukan oleh CD. Semua transaksi yang mengeluarkan barang (mis: Penjualan, job costing, retur pembelian) masuk dalam kategori ini.

Nah, setelah Anda mulai memahami model ini, maka kita akan mulai menghitung cost average pertama.

Skenario pertama adalah: Tanggal 2 Feb Anda membeli barang A sebanyak 10 dengan harga @ Rp. 1.000. Berapa cost average-nya? Tentu saja: Rp. 1.000/buah.
Gambar modelnya adalah sebagai berikut:
Artinya adalah, semua transaksi penjualan yang dilakukan setelah tanggal 2 Feb, Harga Pokok Penjualan (HPP)-nya akan menggunakan nilai Rp. 1.000. Misal, tanggal 3 Feb Anda jual Item A sebanyak 2 buah seperti gambar di bawah. Maka HPP yang akan muncul adalah 2 x 1000.

Lalu, apa yang terjadi bila pada tanggal 5 Feb, Anda membeli barang A lagi sebanyak 10 buah, namun kali ini harganya sudah naik menjadi 1.200?
Setiap kali ada transaksi CD masuk, maka cost average akan dihitung ulang dengan rumus:

Cost Avg new = (Qtyold x Cost Avgold + Qtynew x Costnew) / (Qtyold + Qtynew)

Tenang, jangan panik dulu. Mari saya jelaskan apa arti dari masing-masing bagian ini:

  • Cost Avg new   : Cost Average baru hasil perhitungan. Semua transaksi Non CD yang terjadi setelah titik ini harus menggunakan cost ini.
  • Qtyold : Adalah quantity persis sebelum transaksi CD yang baru masuk
  • Cost Avgold : Adalah cost average yang berlaku persis sebelum transaksi CD yang baru masuk
  • Qtynew : adalah quantity dari transaksi CD baru
  • Costnew : adalah cost dari transaksi CD yang baru
Dengan skenario di atas, maka Cost Avg yang baru = (8 x 1.000 + 10 x 1.200) / (8 + 10) = 1.111,11.

Jadi, kalau tanggal 6 Feb ada penjualan 3 buah Item A, maka HPP-nya akan menjadi 3xRp.1.111,11 seperti ilustrasi di bawah:
Dan proses ini berlanjut untuk seterusnya.

Untuk sistem perpetual, Anda harus hitung cost average ini setiap kali ada transaksi CD yang masuk dan hitung Cost average yang berlaku setiap transaksi Non CD masuk. Tentunya hal ini akan sangat merepotkan, apalagi bila jumlah transaksi Anda sangat banyak.

Situasi ini akan diperumit bila Anda tidak mengisi transaksi sesuai dengan urutan kejadian.
Sebagai contoh: melanjutkan skenario di atas, ternyata di tanggal 1 Feb ada 1 pembelian item A yang lupa diisi sebanyak 5 buah seharga 900.
Saat Anda isi transaksi tersebut pada kondisi di atas, tentunya semua cost average yang sudah dihitung menjadi salah dan harus dihitung ulang.
Hasil perhitungan ulangnya akan menjadi seperti ini:

Bisa Anda lihat bahwa cost average-nya berubah-ubah sesuai dengan masuknya transaksi CD. Itu sebabnya metode ini disebut dengan Moving Average.

Setelah melihat dan memahami cara perhitungan costing average ini, apakah Anda masih berpikir untuk menghitungnya secara manual?
Saat ini, sudah ada banyak software akuntansi yang mampu melakukan perhitungan cost average ini secara otomatis. Jadi Anda sudah tidak perlu hitung manual lagi satu per satu.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda.



Catatan:
* Retur penjualan merupakan kasus yang unik. Walaupun dia merupakan transaksi masuk barang, namun cost-nya diambil dari HPP saat penjualan. Jadi sebetulnya transaksi ini tidak murni CD.

Ditulis oleh:
Mas Agung Sachli
CEO Imamatek.com

Penulis sudah berpengalaman mengembangkan software akuntansi sejak tahun 1998. Software akuntansi terakhir yang dikembangkan oleh beliau adalah FINA Accounting Software.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar